Pages

 

Rabu, 30 November 2011

Pesta Kabaret di Gaza


Pesta Kabaret (bagian 2)

Wilayah yang ditarget Zionis seminggu selesai ternyata tidak sesuai rencana. Sudah tiga pekan diterkam Gaza terus meronta. Mentang-mentang secuil dalam peta, dikira Bush mudah merayakan pesta perpisahannya. Peperangan ini membawa ragam cerita.


Muncul suatu fenomena. Tiba hari ke-10 (7/1) di tengah-tengah Cast Lead berjaya, atas dogma Rabbi tentara Zionis yang membombardir Gaza. Tiba-tiba ada beberapa kota Israel gantian diserbu roket-roket entah darimana. Mesir, Syria, Yordania dan Lebanon pun dituduhnya. Berminggu sudah berhari-hari lamanya. Betapa ribuan pasukan tewas bersimbah darah. Banyak tentara gila. Asrama, gudang logistik, pusat komando, infrastruktur (lapangan terbang), pabrik dan ratusan peralatan militer terutama tank (helikopter, steel dan seterusnya) babak-belur diterjang oleh peluru siapa punya. Tiga kapal perang karam. Tiga jenderal Israel luka-luka (Almanar TV: 14/1) menjadi saksi kehancuran teknologi (perang) --"tuhan"-- yang dipujanya setengah mati.


Dunia bertanya-tanya: mampukah senjata tempur Hamas menembak kapal perang hingga tumbang ke dasar lautan; beranikah brigade Al-Qassam masuk ke wilayah (maximum security), lalu menghajar tiga jenderal yang dijaga seribu pasukan?


Tak malu. Kedua faksi (Hamas dan Fatah) mengklaim kemenangan bukan hasil karyanya. Itulah Palestina. Uniq tetapi nyata.


Zionis kegerahan. Gencatan senjata sepihak oleh Israel dinyatakan (17/1). Target kemenangan diklaim atas nyawa ribuan anak-anak dan perempuan. Memilukan sekaligus memalukan.


Terdapat beberapa fakta dan data tidak nyambung (sinkron) terkuak disana. Israel mengaku menang tetapi mengapa mengawali gencatan senjata. Meminta bantuan kepada "sobat-sobat" berdalih mengawasi supply senjata ke Hamas. Ada rasa gentar serta was-was. Trio Uni Eropa (Inggris, Perancis dan Jerman) janji bersiap mengirimkan kapal perang di perairan Mediterania.


Awalnya Hamas menolak gencatan tapi akhirnya mengumumkan hal yang sama (19/1). Namun luncuran roket dan rentetan senjata terus menggema. Gencatan senjata tidak punya makna apa-apa. Mereka lupa siapa yang gencatan, siapa pula angkat senjata.


Pekik marah serta kecewa menggelegar dimana-mana. Menggema hampir seantero dunia. Liga bangsa-bangsa dan setiap negeri serta warganya mengutuk agresi di Gaza. Konferensi antar negara digelar. Solidaritas menjalar. Demontrasi empati Gaza menembus budaya, warna kulit, bahkan antar benua. Tak pernah diduga. Serentak umat muslim bangkit di jagad raya.


Semestinya. Tarian di Gaza berakhir jauh sebelum inagurasi Presiden Obama. Begitulah tradisi-tradisi sebelumnya: kalah - menang, segera tinggalkan medan laga! Tapi atraksi kali ini ternyata berbeda. Bahkan pasca Presiden terpilih berkalung bunga (20/1), pesta Kabaret tidak usai juga. Menyisakan ribuan mayat, reruntuhan bangunan dan korban luka-luka.


Gaza membuka propaganda AS dan sekutu yang berstandar ganda. Misalnya, alasan ada pembuatan senjata pemusnah massal lalu Iraq didudukinya. Sementara Israel memakai bom fosfor putih membantai rakyat Gaza. Ia diam saja. Musang berbulu ayam - AS ibarat maling teriak maling. Dunia mengecam keras dan mengutuknya!


Kabaret Gaza yang mulanya sekedar pengiring George W Bush turun singgasana, justru mengubah segalanya. Apa yang diusahakan Israel bertahun-tahun hancur lebur. Para petinggi negeri Zionis kelelahan "digempur". Banyak kontroversi - juga kontradiksi, baik itu dari dalam apalagi luar negeri.


Ada usulan Israel dicoret dari peta dunia. Begitulah nasib mengulang sejarah masa lalu, dikejar Nazi kesana-kemari. Holocaust buatannya (propaganda) guna meraih simpati, menghantam diri (Yahudi) sendiri. Tak luput juga Perdana Menteri Turki-pun ikut menghakimi


Demikian pesta Kabaret di jalur Gaza, kami akhiri tulisan ini sampai disini.

Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar